Saturday, December 31, 2011

Dokter dan karyawan demo direktur RS

Bandarlampung (ANTARA News) - Seribuan dokter, perawat dan karyawan Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek (RSUDAM) Lampung menggelar aksi unjukrasa di halaman rumah sakit tersebut menuntut Direktur Utama rumah sakit Hermansyah Zaini turun dari jabatannya.

"Turunnya Hermansyah dari jabatannya merupakan harga mati yang tidak bisa ditawar lagi, sikap otoriter yang tidak pada tempatnya membuat kami enggan dipimpin olehnya," kata Koordinator Forum Dokter dan Perawat RSUDAM Lampung Dr Aswedi Putra, di Bandarlampung, Rabu.

Aksi tersebut digelar sejak jam masuk kerja yakni pukul 08.00 WIB, di halaman rumah sakit itu.

Aksi itu berlangsung tertib dan damai, mereka mengumpulkan tandatangan di atas kain putih sepanjang lebih dari 10 meter lebih. Selain itu, mereka menggalang dana sebagai simbol diberhentikannya dirut dari jabatannya akan tetap diberikan pesangon.

"Tidak pantas seorang pimpinan mengeluarkan kata kasar dan menekan bawahannya, bahkan terkadang menempatkan sumber daya manusia sekendak dirinya," tutur dia.

Aswdi menambahkan aksi demontransi merupakan jalan terakhir, mengingat gejolak yang terjadi sudah tidak dapat dibendung lagi.

"Kami sudah melakukan hearing dengan DPRD Lampung, menyampaikan aspirasi mengikuti adab dan peraturan yang berlaku, tapi aspirasi itu sudah tidak terbendung lagi,inilah jalan terakhir yang bisa kami lakukan," ujar dia.

Sementara terkait pelayanan pasien, Aswedi memastikan pihaknya akan tetap bekerja secara profesional.
(ANT)


Editor: Desy Saputra

COPYRIGHT © 2011


Sumber http://www.antaranews.com/berita/286091/dokter-dan-karyawan-demo-direktur-rs

Read More..

Karyawan RS Hermina Depok Demo Tolak Outsourcing

Sabtu, 10 Desember 2011 15:38 wib

DEPOK – Belasan karyawan Rumah Sakit Hermina Jalan Siliwangi Depok berunjuk rasa menuntut penghapusan sistem tenaga kerja kontrak atau outsourcing.

Mereka berunjuk rasa di depan RS Hermina dengan membawa spanduk dan poster yang bertuliskan ‘Berlakukan 40 persen peluang kerja untuk lingkungan, batalkan outsourcing’.

Koordinator Aksi Vincent Berlian Leon menuturkan, tuntutan para karyawan yakni agar pihak manajemen RS menghapuskan sistem kontrak dan segera mengangkat tenaga kerja yang sudah dua tahun bekerja. Menurutnya, sistem kerja kontrak tak menjamin kesejahteraan karyawan dan mengancam masa depan kehidupan mereka.

“Warga sekitar hanya sedikit sekali yang menjadi karyawan, kami tetap menolak outsourcing, harus segera dihapus,” katanya dalam orasinya, Sabtu (10/12/2011).

Selanjutnya perwakilan karyawan, Vincent, Matheus, Nico, dan Rendy bertemu dengan pihak manajemen RS Hermina. Yakni Direktur Umum dan bagian personalia.

Sementara itu, dalam pertemuan tersebut tidak menghasilkan kesepakatan apapun. Pihak direksi rumah sakit akan menjadwalkan pertemuan kembali dengan para karyawan.

Terkait permintaan untuk mempekerjakan karyawan dari warga di lingkungan sekitar, pihak rumah sakit mengaku belum ada kebutuhan karyawan. Pihak rumah sakit juga mengaku tidak sanggup jika dipaksakan menuruti permintaan tuntutan.

Read More..

Friday, December 30, 2011

SDM Kesehatan


Sumber daya manusia kesehatan (SDM Kesehatan) merupakan tatanan yang menghimpun berbagai upaya perencanaan. Pendidikan, dan pelatihan, serta pendayagunaan tenaga kesehatan secara terpadu dan saling mendukung guna mencapai derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya. Tenaga kesehatan adalah semua orang yang bekerja secara aktif dan profesional di bidang kesehatan, berpendidikan formal kesehatan atau tidak, yang untuk jenis tertentu memerlukan upaya kesehatan.
Ada 2 bentuk dan cara penyelenggaraan SDM kesehatan, yaitu :
  1. Tenaga kesehatan, yaitu semua orang yang bekerja secara aktif  dan profesional di bidang kesehatan berpendidikan formal kesehatan atau tidak, yang untuk jenis tertentu memerlukan upaya kesehatan.
  2. SDM Kesehatan yaitu tatanan yang menghimpun berbagai upaya perencanaan, pendidikan dan pelatihan serta pendayagunaan tenaga kesehatan secara terpadu dan  saling mendukung guna mencapai derajat kesehatan  masyarakat setinggi-tingginya.
Tujuan SDM Kesehatan, secara khusus bertujuan untuk menghasilkan sumber daya manusia kesehatan yang memiliki kompetensi sebagai berikut :
  1. Mampu mengembangkan dan memutakhirkan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang promosi kesehatan dengan cara menguasai dan memahami pendekatan, metode dan kaidah ilmiahnya disertai dengan ketrampilan penerapannya didalam pengembangan dan pengelolaan sumber daya manusia kesehatan
  2. Mampu mengidentifikasi dan merumuskan pemecahan masalah pengembangan dan pengelolaan sumber daya manusia kesehatan melalui kegiatan penelitian
  3. Mengembangkan/meningkatkan kinerja profesionalnya yang ditunjukkan dengan ketajaman analisis permasalahan kesehatan,merumuskan dan melakukan advokasi program dan kebijakan kesehatan dalam rangka pengembangan dan pengelolaan sumber daya manusia kesehatan.
Pendayagunaan SDM Kesehatan
Prinsip :
a.Merata, serasi, seimbang (pemerintah, swasta, masyarakat) lokal maupun pusat.
b.Pemeratan : keseimbangan hak dan kewajiban
c.Pendelegasian wewenang yang proporsional
Perkembangan dan Hambatan Situasi SDM Kesehatan
Secara terperinci dapat digambarkan perkembangan dan hambatan situasi sumber daya kesehatan sebagai berikut:
a.Ketenagaan
Tenaga kesehatan merupakan bagian terpenting didalam peningkatan pelayanan kesehatan di Kabupaten Tangerang, peningkatan kualitas harus menjadi prioritas utama mengingat tenaga kesehatan saat ini belum sepenuhnya berpendidikan D-III serta S-1 sedangkan yang berpendidikan SPK serta sederajat minim terhadap pelatihan tehnis, hal ini juga berkaitan dengan globalisasi dunia dan persaingan terhadap kualitas ketenagaan harus menjadi pemicu.
b.Pembiayaan Kesehatan
Pembiayaan terhadap pelayanan kesehatan menjadi salah satu faktor utama didalam peningkatan pelayanan kesehatan, baik untuk belanja modal maupun belanja barang. Didalam upaya peningkatan pembiayaan terhadap sektor kesehatan dianggarkan melalui dana APBN, APBD Provinsi dan Kabupaten, serta sumber lainnya.
c.Sarana Kesehatan Dasar
Komponen lain didalam sumber daya kesehatan yang paling penting adalah ketersedian sarana kesehatan yang cukup secara jumlah/kuantitas dan kualitas bangunan yang menggambarkan unit sarana pelayanan kesehatan yang bermutu baik bangunan utama, pendukung dan sanitasi kesehatan lingkungan. Pembangunan sarana kesehatan harus dilengkapi dengan peralatan medis, peralatan nonmedis, peralatan laboratorium beserta reagensia, alat pengolah data kesehatan, peralatan komunikasi, kendaraan roda empat dan kendaraan roda dua

Read More..

Model Manajemen SDM RS

Rumah sakit merupakan organisasi pelayanan jasa yang mempunyai kespesifikan dalam hal SDM, sarana prasarana dan peralatan yang dipakai. Sering rumah sakit dikatakan sebagai organisasi yang padat modal, padat sumber daya manusia, padat tehnologi dan ilmu pengetahuan serta padat regulasi. Padat modal karena rumah sakit memerlukan investasi yang tinggi untuk memenuhi persyaratan yang ada. Padat sumberdaya manusia karena didalam rumah sakit pasti terdapat berbagai profesi dan jumlah karyawan yang banyak. Padat tehnologi dan ilmu pengetahuan karena di dalam rumah sakit terdapat peralatan-peralatan canggih dan mahal serta kebutuhan berbagai disiplin ilmu yang berkembang dengan cepat. Padat regulasi karena banyak regulasi/peraturan-peraturan yang mengikat berkenaan dengan syarat-syarat pelaksanaan pelayanan di rumah sakit. Ada sebuah model manajemen SDM yang di kenal yaitu model 7P.

Penerapan model 7P di rumah sakit meliputi :
1.      Perencanaan. Perencanaan merupakan aktivitas proses penetapan apa yang ingin dicapai dan pengorganisasian sumberdaya untuk mencapainya. Perencanaan sumber daya manusia meliputi jenis tenaga yang dibutuhkan dan berapa jumlahnya yang disesuaikan dengan lingkup pelayanan yang akan dilaksanakan. berapa jumlah dokternya, perawatnya dan tenaga lainnya serta apakah perlu fisioterapis atau tenaga yang lain tergantung lingkup pelayanannya. Lingkup pelayanan ini biasanya ditentukan berdasarkan tipe rumah sakitnya. Lingkup pelayanan rumah rumah sakit (tipe A/B/C/D) mempunyai standar minimal. Misalnya untuk rumah sakit tipe C minimal pelayanan medisnya adalah 4 besar spesialistik yaitu spesialis obsgyn, anak, bedah dan dalam. Dengan adanya ketentuan tersebut maka tentu saja perencanaan SDM di rumah sakit tipe C akan berbeda dengan tipe yang lain.
2.      Penerimaan. Penerimaan karyawan merupakan tahap yang sangat kritis dalam manajemen SDM. Bukan saja karena biaya proses penerimaan karyawan sangat mahal tetapi merekrut orang yang tidak tepat ibarat menanam benih yang buruk. Ia akan menghasilkan buah yang dapat merusak tatanan sebuah organisasi secara keseluruhan. Rumah sakit perupakan sebuah organisasi pelayanan jasa yang sifat produknya intangible (tidak bisa dilihat) tetapi bisa dirasakan. Dan pelayanan ini hampir mutlak langsung diberikan oleh karyawan (bukan oleh mesin/atau alat). Sehingga sikap, perilaku dan karakter karyawan sangat mempengaruhi kualitas jasa yang diberikan. Oleh karena itu, proses penerimaan SDM rumah sakit harus memperhatikan sikap, perilaku dan karakter calon karyawan.
3.      Pengembangan. Kompetensi SDM tidak terbentuk dengan otomatis. Kompetensi harus dikembangkan secara terencana sesuai dengan pengembangan usaha agar menjadi kekuatan untuk mendukung pencapaian tujuan organisasi. Di rumah sakit diperlukan karyawan yang selalu meningkat kompetensinya karena tehnologi, ilmu pengetahuan tentang pelayanan kesehatan berkembang sangat pesat dari waktu kewaktu. Adanya peralatan baru, metode perawatan yang berubah merupakan contoh betapa perlunya pengembangan kompetensi. Kegiatan pengembangan kompetensi ini antara lain pendidikan dan pelatihan, pemagangan di rumah sakit lain, rotasi, mutasi.
4.      Pembudayaan. Budaya perusahaan merupakan pondasi bagi organisasi dan pijakan bagi pelaku yang ada didalamnya. Budaya organisasi adalah norma-norma dan nilai-nilai positif yang telah dipilih menjadi pedoman dan ukuran kepatutan perilaku para anggota organisai. Anggota organisasi boleh pintar secara rasional, tetapi kalau tidak diimbangi dengan kecerdasan emosional dan kebiasaan positif maka intelektual semata akan dapat menimbulkan masalah bagi organisasi. Pembentukan budaya organisasi merupakan salah satu lingkup dalam manajemen SDM.
5.      Pendayagunaan. The right person in the right place merupakan salah satu prinsip pendayagunaan. Bagaimana kita menempatkan SDM yang ada pada tempat atau tugas yang sebaik-baiknya sehingga SDM tersebut bisa bekerja secara optimal. Ada SDM yang mudah bergaul, luwes, sabar tetapi tidak telaten dalam hal keadministrasian. Mungkin SDM ini cocok di bagian yang melayani publik daripada bekerja di kantor sebagai administrator. Lingkup pendayagunaan ini adalah mutasi, promosi, rotasi, perluasan tugas dan tanggung jawab.
6.      Pemeliharaan. SDM merupakan manusia yang memiliki hak asasi yang dilindungi dengan hukum. Sehingga SDM tidak bisa diperlakukan semaunya oleh perusahaan karena bisa mengancam organisasi bila tidak dikelola dengan baik. SDM perlu dipelihara dengan cara misalnya pemberian gaji sesuai standar, jamisan kesehatan, kepastian masa depan, membangun iklim kerja yang kondusif, memberikan penghargaan atas prestasi dsb.
7.      Pensiun. Dengan berjalannya waktu SDM akan memasuki masa pensiun. Rumah sakit harus menghindari kesan ” habis manis sepah dibuang”, dimana ketika karyawannya sudah masa pensiun kemudian di keluarkan begitu saja. Karena itu sepatutnya rumah sakit mempersiapkan karyawannya agar siap memasuki dunia purna waktu dengan keyakinan. Ada banyak hal yang bisa disiapkan yaitu pemberikan tunjangan hari tua yang akan diberikan pada saat karyawan pensiun, pemberikan pelatihan-pelatihan khusus untuk membekali calon purnakarya.

source : indosdm
Read More..

Thursday, December 29, 2011

RSUD Panembahan Senopati tak layak jadi RS kelas B


BANTUL—RSUD Panembahan Senopati Bantul dinilai belum memenuhi klasifikasi rumah sakit Kelas B Non Pendidikan baik dari unsur pelayanan maupun sumber daya manusia (SDM). Sistem informasi manajamen (SIM) rumah sakit tersebut juga diketahui belum penuh sehingga terjadi perbedaan penerimaan sebesar Rp182 juta.
Dua permasalahan itu menjadi temuan dalam Laporan Hasil Pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 22/LHP/XVIII. YOG/10/2011, tertanggal 6 Oktober 2011 dan ditandatangani Kepala Perwakilan Provinsi DIY, Sunarto.
Ketersediaan unsur pelayanan dan SDM RSUD bertentangan dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan (Menkes) Nomor 142/Menkes/SK/I/2007, 31 Januari 2007, bahwa RSUD sebagai rumah sakit kelas B Non Pendidikan.
Berdasarkan Permenkes Nomor 340/Menkes/Per/III/2010 tentang klasifikasi rumah sakit, terdapat unsur-unsur yang dipenuhi RSUD Panembahan Senopati, namun belum tercapai. Misalnya dalam pelayanan medik spesialis, RSUD Panembahan memiliki 12 pelayanan medik. Dalam peraturannya, ketersediaan dokter spesialis disyaratkan delapan orang dari 13 pelayanan. Namun  RSUD Panembahan baru memiliki enam dokter.
Jenis pelayanan tersebut adalah spesialis medik mata, telinga hidung tenggorokan, syaraf, kulit dan kelamin, kedokteran jiwa dan orthopedi. Sisanya untuk dokter spesialis jantung, paru, urologi, bedah saraf, bedah plastik, dan kedokteran forensik, RSUD Panembahan belum memilikinya. Tak hanya itu, standar minimal dua pelayanan subspesialis juga belum dimiliki.
Badan Pemeriksa Keuangan juga melaporkan terjadi perbedaan jumlah penerimaan yang berasal dari pasien umum versi kasir dengan SIM RS Panembahan sebesar Rp182.007.660.
”Kondisi ini akan memengaruhi manajemen RSUD dalam melakukan pengambilan keputusan yang terkait dengan penerimaan RSUD, ke mana uang ini?” ujar Wakil Ketua DPRD III Bantul, Arif Haryanto, Kamis(22/12). Menurut dia, DPRD Bantul telah membentuk panitia khusus (Pansus) untuk melihat lebih jauh manajemen di RSUD Panembahan.
Anggota Pansus, Jupriyanto mengatakan, Pansus tengah fokus pada kurangnya ketersediaan SDM dan belum mengarah pada perbedaan penerimaan.
Ditemui terpisah, Wakil Direktur Pelayanan RSUD Panembahan, Gandung Bambang Hermanto mengaku ada beberapa dokter yang sedang sekolah spesialis jantung, urologi, dan paru-paru. Soal perbedaan penerimaan, dia membantah uang tersebut keluar untuk keperluan non rumah sakit. Menurutnya angggaran itu tetap ada.(Harian Jogja/Andreas Tri Pamungkas)
Source : Harian Jogja
Read More..

Petugas RS Daerah Jember Irit Senyum, DPRD Protes


Rabu, 21 September 2011 18:44:18 WIB 
Reporter : Oryza A. Wirawan 

Jember (beritajatim.com) - Petugas Rumah Sakit Daerah dr. Soebandi Jember irit senyum dan kurang ramah terhadap pasien. Ini berbeda dengan petugas rumah sakit swasta.

Demikian benang merah rapat dengar pendapat di Komisi D DPRD Jember dengan jajaran kepala RSD dr. Soebandi dan Dinas Kesehatan Jember, Rabu (21/9/2011). Rapat digelar karena banyaknya keluhan dari masyarakat mengenai pelayanan di rumah sakit milik pemerintah itu.

Anggota Komisi D dari Partai Amanat Nasional, Abdul Ghafur, mengatakan, dari sisi kelengkapan fasilitas, RSD dr. Soebandi lebih lengkap dibandingkan rumah sakit swasta di Jember. "Namun masyarakat menilai, pelayanan di dr. Soebandi kurang sapaan," katanya.

Anggota Komisi D membandingkan dr. Soebandi dengan RS milik pemerintah di Jogjakarta. Di sana, para pegawai dan petugas medis dilatih untuk tersenyum. Mereka diajarkan keikhlasan untuk bersikap melayani pasien dalam kondisi apapun.

Kepala Bidang Pelayanan dan Penunjang Medik RSD Jember, Arief Setyoargo, mengakui kelemahan rumah sakit yang dipimpinnya dalam bidang pelayanan. Namun itu semua tak lepas dari kondisi sumber daya manusia di rumah sakit tersebut.

Ada keterbatasan jumlah sumber daya di RS dr. Soebandi dibandingkan dengan tingginya angka pasien yang harus dilayani. Keletihan akhirnya berpengaruh terhadap psikologi petugas.

Untuk melatih sumber daya tersebut, RSD dr. Soebandi tak memiliki dana yang cukup. "Dana di Soebandi diprioritaskan untik operasional. Anggaran untuk SDM terbatas. Kita punya alat canggih, tapi anggaran terbatas. Butuh dukungan peningkatan SDM, baik dari sisi skill maupun profil, seperti keramahtamahan melayani pasien, sikap, dan lain sebagainya. Itu kan butuh biaya," kata Arief.

RSD dr. Soebandi sudah melatih profil pegawai untuk tersenyum dan bersikap ramah hingga tiga kali. "Tapi itu kan harus dijaga dengan budaya kerja. Sistim itu harus dipertahankan. Untuk ini kan butuh juga kegiatan latihan rutin untuk mengingatkan bersikap menerima pasien lebih baik," kata Arief.

Ketua Fraksi PDI Perjuangan Indonesia Raya, Bukri, meminta agar masalah anggaran tidak dijadikan alasan sulitnya perbaikan pelayanan. "Harapan kami: harus tegas. Ke depan harus ada perubahan perilaku, sehingga tak ada keluhan dari masyarakat terkait senyum," katanya.

Bukri prihatin mendengar cerita soal pasien yang akan melahirkan mendapat perkataan keras dari pegawai RSD. "Ini pasien grogi, masa harus dibentak," katanya. [wir]

Source : beritajatim
Read More..